Elizabeth I lahir pada 7 September 1533 di Istana Greenwich sebagai putri dari Raja Henry VIII dan Anne Boleyn. Meskipun terlahir sebagai seorang putri kerajaan, kehidupannya sejak dini penuh dengan ketidakpastian akibat intrik politik dan nasib tragis sang ibu.
Kelahiran dan Kekecewaan Henry VIII
Henry VIII sangat mengharapkan seorang putra untuk meneruskan takhta Inggris. Namun, ketika Anne Boleyn melahirkan Elizabeth, harapan itu tidak terpenuhi. Kekecewaan Henry terhadap kelahiran seorang anak perempuan berdampak besar pada hubungan pernikahan mereka dan posisi Anne di istana. Meski demikian, Anne tetap berusaha mempertahankan statusnya dan membesarkan Elizabeth sebagai calon pemimpin masa depan. Ia percaya bahwa putrinya dapat menjadi ratu yang kuat suatu hari nanti.
Kejatuhan Anne Boleyn dan Dampaknya pada Elizabeth
Pada tahun 1536, hanya tiga tahun setelah kelahiran Elizabeth, Anne Boleyn kehilangan pengaruhnya di istana. Ia gagal memberikan Henry VIII seorang pewaris laki-laki, yang semakin melemahkan posisinya. Henry, yang telah tertarik pada Jane Seymour, mulai mencari cara untuk menyingkirkan Anne. Ia kemudian dituduh melakukan perzinahan, pengkhianatan, bahkan sihir. Tuduhan-tuduhan ini menyebabkan penangkapannya dan eksekusi di Menara London pada 19 Mei 1536. Elizabeth yang masih berusia 2 tahun 8 bulan kehilangan ibunya dan juga posisinya di kerajaan.
Elizabeth Dinyatakan Anak Tidak Sah
Setelah kematian Anne Boleyn, pernikahannya dengan Henry VIII secara resmi dibatalkan. Elizabeth pun kehilangan statusnya sebagai putri kerajaan. Henry mencabut hak warisnya dan menyatakannya sebagai anak haram (illegitimate), serta mengeluarkannya dari garis suksesi. Sebagai anak yang tak lagi diakui secara resmi, Elizabeth dikirim untuk dibesarkan jauh dari istana dengan dukungan kerajaan yang sangat terbatas.
Masa Kecil yang Sulit dan Pendidikan
Walau jauh dari istana, Elizabeth diasuh oleh Lady Margaret Bryan, pengasuh tepercaya keluarga kerajaan, yang merawatnya dengan penuh perhatian. Statusnya yang tidak pasti tidak menghalanginya untuk menerima pendidikan berkualitas tinggi. Ia dididik oleh para tutor terbaik pada masanya, termasuk Roger Ascham, yang melihat kecerdasannya sejak muda. Elizabeth menunjukkan sifat bijaksana, tekun, dan reflektif—karakter yang dibentuk oleh pengalaman pahit masa kecil dan tragedi yang menimpa keluarganya, khususnya sang ibu.
Hubungan Elizabeth dengan Anne Boleyn di Kemudian Hari
Meskipun tak banyak memiliki kenangan langsung tentang Anne Boleyn, Elizabeth tetap menyimpan sosok ibunya dalam hati. Ia jarang membicarakan sang ibu secara terbuka, mungkin karena bayang-bayang kontroversi yang masih melekat pada nama Anne. Namun, setelah naik takhta sebagai Ratu Inggris, Elizabeth mulai menunjukkan penghormatan secara halus. Dalam beberapa kesempatan, ia mengenakan perhiasan dan simbol yang pernah dikaitkan dengan Anne Boleyn—tanda penghormatan yang tenang namun kuat terhadap warisan ibunya.
Komentar
Posting Komentar